Kau hanya mampu menatapku dengan sepasang dua bola matamu yang selalu ku pandang dengan kagum berkali-kali saat dulu.
Namun, sayang. kali ini aku membuat bola matamu menjadi kristal yang mencair meluncurkan sebuah pedang yang menghunus hatiku dari dalam.
Aku malah tak kunjung menjawab atas pertanyaanmu yang kau lontarkan sebelum matamu mengkristal. kakimu bergetar tanda ingin beranjak dari hadapanku yang sudah terlihat jelas atas bibirmu kini terlihat muak!.
kau memejamkan mata lambat-lambat seolah dunia kita akan berakhir saat itu juga ketika kau pejamkan mata. lalu kau pergi, meninggalkan diriku yang belum sempat memberi jawaban atas petanyaanmu,
"kalau memang iya, kenapa engkau pergi?"
karena nyatanya, akulah yang lebih dulu meninggalkanmu.